TENTANG YANG LALU DAN BELUM SELESAI

 Pada paragraf ini, aku tidak bermaksud bercerita tentang dirimu atau segala hal yang masih menunggu jawaban sang waktu. Aku juga tidak bermaksud untuk mengingat-ingat kembali yang sudah sepakat kita simpan di masa lalu. Tapi, jangan marah jika aku ingin bercerita sedikit tentang diriku, yang pernah kau buat seolah telah terlahir kembali, ketika merasa sangat bosan berada di dunia. Ini masihlah aku, seseorang yang kau bantu berdiri ketika ia tidak tahu lagi cara menghadapi liciknya dunia. Seseorang yang sempat merasa tidak akan meminta apa-apa lagi pada Tuhan, selama kamu masih ada di bumi dan selalu ditakdirkan untuknya. Ini masihlah aku, yang mengenalmu 4 tahun lamanya dan tidak berubah. Ada banyak penjelasan yang ingin sekali kutulis disini, tapi aku tidak yakin, kamu akan baca ini nanti, ketika suatu saat aku sudah terlanjur sangat asing untuk kamu ingat dan cari ketika seseorang menyebutkan namaku.

Ini masihlah aku, sekalipun tulisan ini sudah masuk paragraf kedua. Aku ingin bilang sesuatu yang tidak sempat kamu dengar karena terlanjur kecewa hari itu, dan aku yang terlampau lemah dan hilang-kata-kata menghadapimu. TERIMA KASIH! Dahulu, kata ini adalah haram bagi kita. Aku tidak mau bilang disini sebabnya. Tapi hari ini, itu sudah halal untukku. Kamu memang bukan orang pertama yang sempat singgah, tapi dalam hal memberiku kasih yang sangat baik, kamu masih di garis terdepan. Terima kasih sudah pernah mencintaiku dengan sangat baik. Terima kasih sudah pernah hadir sebagai vitamin penyembuh setiap sakitku, marahku, sedihku, dan hari-hari penatku menjalani rutinitasku. Terima kasih sudah memberiku rasa percaya untuk kembali mencintai, bahkan ketika aku sedang lupa mencintai diriku sendiri. Aku selalu menghargai segala bentuk perjuangan, karena aku tahu itu tidak mudah dan tidak semua orang mau melakukan itu untukku. Terima kasih juga sudah begitu sopan masuk ke dalam amin orangtuaku. Kamu hebat, karena tidak melakukan apapun yang membuat ayahku hilang peduli pada orang-orang yang mirip sepertimu. Sayangnya, kamu lupa untuk pamit dengan baik pada ibuku yang masih menanyakan kabarmu.

Sekali lagi, terima kasih pernah hadir. 4 tahun bukan waktu yang singkat untuk disudahi dalam waktu sekian jam. Tapi, terima kasih atas jarak yang pernah selalu kita siasati. Terima kasih atas rindu yang melatih kita menjadi manusia-manusia sabar setiap hari. Terima kasih sudah jujur sebelum bom waktu meledak lebih besar di tengah-tengah kita. Aku tidak marah atas pilihanmu. Kecewaku juga sudah hilang. Aku tidak ingin membencimu, karena bagaimana mungkin aku harus membenci seseorang yang pernah membuatku merasakan bahagia, sebahagia-bahagianya bahagia. Rencana-rencana yang sudah tersusun rapi di bulan-bulan dan tahun-tahun mendatang, harus kususun lagi dengan menghapuskan keikutsertaanmu di dalamnya. Tidak masalah, itu mudah. Yang susah adalah membangun jembatan penghubung pada jurang besar diantara kita. Yang susah adalah menerima kenyataan bahwa kita memang ditakdirkan bersama, tapi cuma sementara. 

Yang susah adalah menyelesaikan segala yang tidak akan pernah tuntas kita remedial dalam ingatan.

Tetaplah hidup, lalu pulang dan jadi bahagia meski aku sudah jauh lebih bahagia. Tetaplah jadi baik dan rendah hati setinggi apapun posisimu nanti. 

Hanya laki-laki sejati yang selalu memuliakan wanitanya sekalipun ia marah. Dan hanya laki-laki terbaik yang selalu mementingkan keluarganya lebih dari apapun dan siapapun.

Makassar, 12 Maret 2021

Komentar

Postingan Populer