HANYA SEDANG JATUH CINTA LALU MENYERAH
Hari itu, ketika kau memanggilku 'masa depan' telah aku putuskan menemanimu dalam terang dan gelap masa sekarang hingga masa mendatang. Hari itu, ketika kau memintaku membuka pintu yang sempat tertutup pada kehadiranmu kali pertama, aku memutuskan untuk hanya kau saja yang menghuninya. Lagi kukatakan, aku menghargai segala bentuk perjuangan. Aku menghargaimu. Aku mengagumimu. Aku menginginkanmu.
Lalu waktu berjalan menemui takdirnya. Bincang-bincang semesta sedang melawak melihat cinta memudar di persimpangan. Aku selalu tidak percaya pada garis takdir dan semua yang pernah kau ucapkan. Dan ternyata, kita memang munafik. Seluruh kata-kata indah, janji-janji bahagia dan rencana-rencana sistematis itu sekedar igauan kita yang sedang jatuh cinta. Sekali lagi, kita memang munafik. Tidak ada kata 'berhenti' dan 'tidak bisa' ketika sedang mencandui senyum satu sama lain. Tidak ada kata 'sibuk' dan 'terpisah' ketika sedang memeluk rindu satu sama lain. Dan ternyata itu sekedar igauan kita yang sedang jatuh cinta. Karena ketika keadaan tidak lagi berpihak pada kita, sayap-sayap cinta yang mengudara, satu per satu patah. Kau menyerah dan aku terjun, terjatuh seorang diri. Sebagaimana rindu dan jarak yang selalu kita siasati, kenapa tidak melakukan hal yang sama pada keadaan ini? Sebagaimana sabar yang tidak pernah habis menunggu temu, kenapa tidak melakukan hal yang sama pada keadaan ini?
Jatuh cinta membuat kita banyak saling berjanji. Tapi keadaan membuat kita banyak saling mengingkari.
Aku menikmati hari-hari menanti kau ada disisi. Tapi tidak dengan hari-hari sepi yang kutahu, kau sudah ada di lain sisi. Lalu inikah akhir yang harus kita jalani? Saling berhenti, saling menghindari, saling menjadi saling di lain hati.
Komentar
Posting Komentar