Menunggu Itu Perang-Fiksi MIni
Samar-samar dari kejauhan, seorang pria berbadan tegap menghampiriku. Semakin lama, ia semakin mendekat, wajahnya semakin jelas. Sejenak, aku terpaku melihat tatapannya yang begitu dalam.
Sorot matanya yang tajam dan senyuman hangat yang menyatu dengan seragam hijau yang ia kenakan, seperti sihir yang membuatku tidak ingin kemana-mana. Di sini saja, di hadapannya selamanya.
"Medan perang tidak selalu mengerikan, ketika aku ingat, ada seseorang yang berperang melawan sepi, menungguku," lirihnya.
Suara sendu itu terdengar nyaring menembus ruang-ruang rumpang di hatiku. Kalimat sederhana yang menjelaskan banyak hal, perihal jarak dan janji kepulangannya.
Komentar
Posting Komentar