Pola Sosial era Covid-19-Artikel
Sedari dulu, manusia selalu digambarkan sebagai makhluk sosialis, yang tidak pernah terpisah dan selalu membutuhkan manusia lainnya. Tetapi, apakah teori ini tidak dapat berubah seiring berkembangnya zaman?
Bukan rahasia lagi, bahwasanya hampir di seluruh belahan dunia sedang terjangkit wabah sampar yang dikenal dengan nama Novel Corona Virus atau Covid-19. Wabah ini pertama kali muncul di kota Wuhan, China, pada desember 2019. Dan tak butuh waktu lama, wabah ini menyebar ke berbagai negara, termasuk Indonesia.
Ketika pertama kali wabah ini menggemparkan dunia, media massa beramai-ramai mengulas sebuah buku tua karya seorang penulis Perancis, Albert Camus. Yang terbit pada tahun 1947, berjudul La Peste (Sampar). Dalam La Peste, sampar digambarkan menghantam kota Oran, Aljeria. Kekacauan terjadi. Muncul berbagai sikap manusia dalam menghadapi wabah tersebut (Kolom.tempo.co.id, 27/03/2020).
Di Indonesia sendiri, ketika pemerintah telah mengumumkan bahwa dua dari rakyatnya positif terjangkit virus corona, seluruh elemen masyarakat mulai panik dan menunjukkan watak aslinya. Manusia tidak lagi memikirkan apapun kecuali dirinya sendiri. Terlebih ketika virus ini semakin menyebar di berbagai kota dengan jumlah korban yang terus bertambah setiap harinya, kepanikan ini semakin menjadi-jadi.
Diantara mereka, ada manusia yang ketar-ketir membeli banyak bahan pangan sebagai bekal mereka mengisolasi diri. Ada manusia yang tetap tidak peduli, yang menjadikan dirinya sukarelawan penyebar virus. Ada manusia egois yang mengambil banyak keuntungan di tengah keterbatasan alat perlindungan diri. Bahkan ada manusia kejam yang menuliskan berita-berita bohong (hoaks) yang meresahkan masyarakat. Dan ada pula manusia bodoh yang amatiran menyebarkan berita tanpa sumber yang valid. Manusia hampir kehilangan akal sehat dalam situasi genting ini.
Sampai pada hari ini, ketika pemerintah telah menetapkan status waspada bencana virus corona dan memberlakukan social distancing (sistem jaga jarak sosial) sebagai upaya pencegahan penyebaran virus, manusia telah menjadi sangat individualis. Rasa percaya antar sesama seolah telah diangkat dari muka bumi. Manusia menjadi saling mencurigai satu sama lain. Tidak lagi ingin berinteraksi atau sekadar membantu seseorang yang kecelakaan di jalan, mereka lebih memilih menghindar dan menyelamatkan dirinya sendiri. Meskipun begitu, tidak sedikit juga manusia baik hati yang rela berjuang bersama melawan virus ini. Donasi dan berbagai bantuan lainnya pun tidak pernah surut dari berbagai kalangan masyarakat.
Dapat disimpulkan bahwa, manusia akan lari dari hakekatnya sebagai makhluk sosialis ketika dihadapkan pada situasi yang darurat.
Dapat disimpulkan bahwa, manusia akan lari dari hakekatnya sebagai makhluk sosialis ketika dihadapkan pada situasi yang darurat.
Maka terlihatlah karakter manusia sesungguhnya, yang egois, penakut, kejam dan bodoh.
Referensi
https://kolom.tempo.co › read
Corona dan Absurditas Camus - Kolom Tempo.co
https://m.detik.com › news › kolom
Hasil web
Fenomena "Corona Shock" - detikNews
Komentar
Posting Komentar