Balada Negeri Melawan Pandemik-Artikel

Source: pinterest

Telah banyak diberitakan di berbagai media massa, baik cetak maupun online, bahwasanya pasien yang positif virus corona kian hari kian bertambah jumlahnya. Berdasarkan data yang diterima hingga Jumat, 27/3/2020, pukul 12.00 WIB, total ada 1.046 kasus Covid-19 di Indonesia. 46 pasien telah dinyatakan sembuh dan 87 pasien telah meninggal dunia setelah dinyatakan positif virus corona (Kompas.com, 27/03/2020). 

Tentu saja, ini bukanlah jumlah yang sedikit, sejak awal dinyatakannya dua pasien positif corona yang berdomisili Depok, Jawa Barat, pada awal maret lalu. Penyebaran kasus Covid-19 di Indonesia juga kembali meluas hari ini. Jumlah provinsi yang memiliki kasus Covid-19 bertambah dari 27 menjadi 28 daerah (Tirto.id, 27/03/2020).

Lonjakan jumlah pasien virus corona ini, tentu tidak lepas dari berbagai polemik yang menjadi penyebab utama masifnya penyebaran virus ini. Seluruh elemen masyarakat, tentu akan menyoroti langkah pemerintah dalam menangani pandemik global ini.

Dikabarkan, sejak tanggal 02 Maret 2020, Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto, telah melakukan langkah pertama penanganan pada dua pasien pertama yang terjangkit virus corona. Terawan mengatakan, kedua pasien positif corona itu saat ini tengah dirawat intensif di ruang khusus isolasi di Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof dr Sulianti Saroso, Jakarta. 

Ia juga menambahkan, pihaknya telah melakukan tracking siapa saja yang melakukan kontak dengan pasien lalu akan segera menindaklanjutinya ketika sudah terdeteksi. Sementara itu, Dinas Kesehatan Pemerintah kota Depok juga telah memantau rumah dua pasien positif tersebut (Republika.co.id, 27/03/2020).

Langkah yang telah diambil pemerintah ini, cukup memberikan hawa ketenangan bagi masyarakat. Tetapi, tetap juga membawa kepanikan hebat bagi warga yang menetap di sekitar kediaman pasien positif corona. Wajar saja, mereka merasa cemas. Sebab, bisa saja dua pasien positif ini telah terjangkit dalam waktu yang lama dan baru terdeteksi belakangan ini. Artinya, risiko penularan virus ini sangat besar bagi mereka. Dan terbukti, setelah kasus pertama itu muncul, kasus-kasus Covid-19 lainnya mulai berdatangan dan terus bertambah sampai hari ini. 

Dikutip dari Kumparan.com (28/03), Para ilmuwan dunia menyoroti kesiapan negara-negara di Asia Tenggara dalam menghadapi penyebaran virus corona. Mereka sepakat menyimpulkan, Singapura menjadi yang terbaik dan Indonesia sebaliknya. Indonesia dinilai riskan dalam menghadapi penyebaran virus corona.

Dalam laporan The Sydney Morning Herald, pemerintah Indonesia dinilai telah menyangkal penyebaran virus corona selama berminggu-minggu. Indonesia baru hanya menguji sekitar 1.500 orang dari sekitar 270 juta total penduduk. Tentu jumlah tersebut terbilang rendah dari negara lain yang jumlah populasinya di bawah Indonesia. 

Kiprah Menteri Kesehatan Indonesia, Terawan Agus Putranto, dalam menangani wabah Covid-19 juga mendapat kritikan. Saat virus corona telah menyebar dan menjadi perhatian serius masyarakat dunia, Terawan justru mengklaim doa dapat membebaskan Indonesia dari virus bernama resmi SARS-CoV-2 itu. 

Di sisi lain, Presiden Joko Widodo sebelumnya justru mendorong untuk meningkatkan kunjungan pariwisata karena Indonesia bebas virus corona. Langkah antisipasi Covid-19 di Indonesia pun dinilai terlambat.

Kemudian pada Kamis (19/03), Presiden Joko Widodo meminta kepada masyarakat untuk tidak melakukan aktifitas di luar rumah sebagai langkah penekanan penyebaran virus corona.

Pemerintah melalu akun media sosial miliknya juga turut menghimbau masyarakat untuk melakukan karantina diri selama lebih dari 14 hari. Karantina ini bertujuan untuk pendeteksian mandiri penyebaran virus dalam tubuh masing-masing individu.

Presiden Joko Widodo pun giat mengkampanyekan tentang budaya hidup sehat dan kebijakan Social Distancing.

Social Distancing adalah pembatasan interaksi sosial bagi setiap individu dalam rangka menghambat laju penyebaran virus di masyarakat. Langkah ini dinilai sangat efektif oleh berbagai kalangan masyarakat.

Tetapi, disaat yang bersamaan kebijakan ini juga menimbulkan banyak polemik. Utamanya bagi masyarakat dengan kelas ekonomi menengah ke bawah.

Gerakan Social Distancing yang membatasi ruang gerak, mendatangkan protes dari masyarakat yang tidak dapat melanjutkan pekerjaannya karena harus menetap di rumah. Sedangkan mereka tidak lagi memiliki penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka selama proses karantina diri dan Social Distancing tersebut.

Juga dari para pelajar yang tidak dapat menjalankan proses pembelajaran secara normal, utamanya bagi siswa SD-SMA/Sederajat yang tidak dapat melaksanakan proses ujian nasional. Dan para mahasiswa tingkat akhir, yang harus terhambat jalannya dalam menyelesaikan skripsi atau tesis mereka di semester sekarang ini.

Memang, kita tidak bisa berfokus untuk menyalahkan kebijakan pemerintah. Sebab, suatu kebijakan dibuat atas suatu keadaan yang mengharuskannya. Sebagaimana Indonesia yang saat ini sedang berjuang melawan pandemik global Covid-19.

Dalam situasi genting ini, banyak sekali permasalahan yang akan ditimbulkan. Tidak hanya yang telah saya sebutkan di atas, perekonomian negeri ini juga sedang dipertaruhkan.

Adanya masa karantina diri dan Social Distancing ini, mengancam jalannya kestabilan ekonomi masyarakat. Mulai dari para pebisnis kelas atas sampai pebisnis UMKM.

Sebelum Indonesia merasakan dampak ini, ada dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) yang telah menyatakan bahwa ekonomi dan keuangan global saat ini tengah mengalami krisis akibat pandemi virus corona (Covid-19). Lantaran virus ini telah mewabah di hampir seluruh negara dan sekaligus melumpuhkan ekonomi (Detik.com, 28/03/2020).

Dalam hal ini, pemerintah dituntut untuk segera menghadirkan solusi yang tepat untuk mengatasi polemik ini. Dikutip dari laman liputan6.com (28/03), Jokowi telah meminta kepada seluruh pelaku usaha untuk memanfaatkan platform digital dalam memaksimalkan bisnis masing-masing.

Dunia bisnis digital dipandang sebagai satu-satunya alternatif bisnis yang dapat tetap eksis dalam situasi sekarang ini.

Untuk itu, berbagai platform digital seperti Gojek dan Halodoc, mengadakan beberapa pembaruan atau inovasi dalam menjalankan bisnis, yang disesuaikan dengan situasi dan kebutuhan masyarakat saat ini.

Dikutip dari laman Tempo.co (28/03), Perusahaan Teknologi Gojek dan Halodoc bersama Kementerian Kesehatan meluncurkan layanan telemedicine Check Covid-19 guna membantu penanganan virus corona di Indonesia. Layanan berupa konsultasi online tersebut didukung lebih dari 20 ribu dokter berlisensi dan berpengalaman di dalam ekosistem Halodoc. Kolaborasi telah ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) di Jakarta Senin, 23 Maret 2020.

Tak hanya itu, Gojek Indonesia memperbaharui standar pengiriman barang dan makanan tanpa kontak fisik (contactless). Kebijakan ini berlaku antara pengantar dengan penerimanya. Upaya ini sebagai salah satu langkah perusahaan memastikan tidak menjadi pembawa virus corona atau Covid-19.

CO-CEO Gojek Indonesia, Andre Soelistyo menuturkan sejumlah layanan yang telah dirilis guna menyesuaikan kondisi penyebaran virus corona ini. Gojek juga telah melakukan kampanye menjaga jarak atau social distancing. Termasuk dalam pengiriman makanan dan barang tanpa kontak, melalui sistem pembayaran Gopay.

Dengan demikian, aktivitas ekonomi dapat terus berjalan sehingga menciptakan lebih banyak pemesanan secara online baik makanan, pengiriman barang, maupun berbelanja (grocery).

Dalam melawan pandemik global Covid-19 ini, pemerintah telah melakukan beberapa tindakan pencegahan dan penanganan, meskipun masih belum memberikan efek yang signifikan dan terkesan terlambat dilakukan. Utamanya dalam hal angka persebaran virus corona yang terus bertambah dan polemik kebijakan yang menekan perekonomian. Hal ini dikarenakan, kebijakan pemerintah seperti karantina diri dan Social Distancing, kurang mendapatkan perhatian dari masyarakat secara luas. Masih banyak masyarakat yang menghiraukan kebijakan ini. Sikap masyarakat ini mungkin saja disebabkan karena ketidakpercayaan masyarakat kepada pemerintah. Pasalnya, langkah pemerintah yang terkesan mengulur-ulur tindakan pencegahan virus ini membuat geram masyarakat.

Selain itu, ditengah polemik ini, masyarakat dituntut untuk harus terus berjuang mempertahankan hidup dan memperjuangkan nasibnya sendiri.

Pemerintah belum mampu bila harus memberikan tunjangan kepada seluruh rakyatnya, terlebih sekarang ini pemerintah sedang sibuk memberikan bantuan terbaiknya kepada para pasien positif virus corona dan para tenaga medias yang masih kekurangan alat.

Dalam situasi ini, dunia bisnis digital menjadi harapan besar masyarakat dalam menstabilkan perekonomian mereka. Banyak hal yang dapat dilakukan dalam memulai bisnis digital, mulai dari penjualan produk online hingga penawaran jasa online. Bisnis digital ini dapat disesuaikan dengan kadar kemampuan modal masyarakat sendiri. Sehingga, bukan hal yang mustahil bagi masyarakat untuk memanfaatkan peluang ini sebaik-baiknya.


Referensi

Haryanti Puspa Sari, Dian Erika Nugraheny. 2020. Update Pasien Tambah 153 Total Ada 1046 Kasus Covid 19 di Indonesia di https://www.kompas.com (diakses 27 maret).

Addi M Idhom. 2020. Update Corona 27 Maret 2020 Indonesia Kasus Covid 19 Tembus Seribu di https://www.tirto.id (diakses 27 maret).

Nidia Zuraya. 2020. Dua Warga Depok Positif Corona di https://www.republika.co.id 
(diakses 27 maret).

Nesia Qurrota A'yuni. 2020. Ilmuwan Dunia Paling Khawatirkan Indonesia dalam Tangani Virus Corona di https://www.m.kumparan.com (diakses 28 maret).

Dipna Videlia Putsanra. 2020. Apa Itu Social Distancing Dan Karantina Diri Untuk Cegah Corona di https://www.tirto.id (diakses 28 maret).

Ilyas Istianur Praditya. 2020.Di Tengah Wabah Corona, Jokowi Minta Pelaku Usaha Maksimalkan Jualan Online di https://www.liputan6.com (diakses 28 maret).

Caesar Akbar. 2020. Gojek dan Halodoc Rilis Layanan Konsultasi Online Virus Corona di https://www.tempo.co (diakses 28 maret).

Komentar

Postingan Populer